Thursday, December 23, 2010

Penjelasan tentang Dosa

Atas Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

REFLEKSI TENTANG DOSA

1. Apakah dosa itu? Apa yang kami diajari , dosa adalah segala yang berlawanan dengan nurani.

2. Malaikat membimbingkan, kalau kita melakukan sesuatu dan hati kita merasa tidak nyaman dengan apa-apa yang kita lakukan, kita perlu waspada bahwa yang kita lakukan adalah sebuah dosa. Demikian pula jika kita takut membicarakan sesuatu yang melintas di hati, sesuatu yang kita pikirkan, atau sesuatu yang kita lakukan. Atau sesuatu itu kita sembunyikan dari orang lain karena kita dipenuhi rasa malu untuk membukanya.

3. Seorang yang benar adalah seorang jujur dan apa adanya dengan dirinya. Dirinya jernih sehingga Tuhan dapat melihat dirinya seperti kaca dan kristal yang cemerlang. Tak ada yang disembunyikannya dari Tuhan. Dia nyaman dengan dirinya sendiri. Dan
dia dapat menceritakan apapun tentang dirinya tanpa beban rasa malu dan khawatir karena benar itikad di dalam hatinya dan jernih pikirannya yang semuanya menghasilkan sikap dan perbuatan yang benar pula pada dirinya.

4. Ruhul Kudus mengajarkan kepada kami agar menghidupkan nurani sehingga malaikat dapat berbicara keras di dalam hati kami. Dimintanya kami tak bertoleransi dengan dosa dan kesalahan yang kami lakukan. Itulah jalan yang ditunjukkannya kepada kami di dalam pensucian .

5. Sebagai hamba Tuhan, kita mengenal dosa-dosa umum, yang dikenal oleh semua orang dari agama apapun. Berbohong, membenci, mendendam, mencuri, korupsi, memfitnah, khianat, membunuh adalah dosa yang telah kita ketahui semua. Semua
manusia ? beragama apapun dia? mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan semacam itu adalah dosa yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Dan sudah sewajarnya lah kita meninggalkan dosa-dosa semacam itu.

6. Ruhul Kudus mengajari kami untuk memotong dosa-dosa yang pernah kami lakukan dalam kehidupan kami sehari-hari. Ruhul Kudus juga mengajari kami untuk mengetahui kelemahan dan berhala-berhala pribadi yang menjadi akar dosa kami. Dalam pengajarannya, kami dibawanya untuk mengikis kelemahan dan ego kami demi penitian di Jalan Tuhan.

7. Atas dosa-dosa yang kami lakukan, Ruhul Kudus mengajarkan pengakuan dosa di Majelis Pertaubatan yang digelarnya. Inilah majelis pensucian yang dihadirkan Tuhan untuk umat manusia di zaman ini dan menjadi syariat pensucian di Surga-Nya.

8. Tak mudah pada awalnya bagi kami untuk menerima perintah pengakuan dosa karena perintah itu tak kami kenal di dalam ajaran Islam yang menjadi latar belakang kami. Kami bahkan melihat pengakuan dosa sebagai prosesi yang menjadi milik umat Katolik. Tetapi Tuhan membukakan mata hati kami untuk melihat esensi dari pengajaran yang sedang diturunkan-Nya dan kami pun kemudian lapang hati menjalaninya. Bahkan, kami sangat berbahagia setelah melaluinya dan sangat ingin agar setiap orang yang ingin bersuci dapat ikut merasakan kebahagiaan spiritual sebagaimana yang kami rasakan usai menjalani pengakuan dosa sebagaimana yang sedang diajarkan-Nya.

9. Di Majelis Pertaubatan, Ruhul Kudus mengajarkan kepada kami untuk mengakui semua dosa-dosa yang pernah kami lakukan di dalam hidup kami. Diajarkannya kami untuk lugas mengakuinya demi mendapatkan pengampunan dari Allah.

10. Seberapa kami dapat lugas dan jujur di dalam pengakuan dosa kami, sedemikian kesucian dan pensucian Allah yang diberikan kepada kami. Pencerahan spiritual adalah buah dari kerelaan kami menundukkan rasa malu dan diri kami dengan mengakui dosa yang disaksikan oleh Kaum keluarga sendiri yang menjadi saksi di Majelis Pertaubatan.

11. Melalui majelis pengakuan dosa, kami saling belajar dari pengakuan dosa yang dilakukan saudara kami. Setiap kali seorang diantara kami merintih kesakitan, terbata-bata, dan bercucuran air mata menghimpun keberaniannya untuk mengakui dosa yang sulit diakuinya, kami ikut tergetar secara spiritual dan kemudian terpicu untuk mengikuti keberaniannya. Sebaliknya, kala seorang mendapat teguran Ruhul Kudus karena membela diri atas dosa yang dilakukannya, kami pun belajar untuk tak melakukan kesalahan yang serupa.

12. Ruhul Kudus menjelaskan bahwa kemuliaan Tuhan diberikan-Nya pada orang-orang yang menyentuh sedikit dosa lagi tetap berendah hati di dalam kesuciannya. Tapi kemuliaan itu tak kurang besarnya pada pendosa yang bertaubat, bersungguh-sungguh mensucikan diri serta lapang hati menebus dosa-dosa yang telah dilakukannya. Dan pintu bagi para pendosa yang bertaubat itulah yang sedang dibukakan lebar-lebar oleh Tuhan.

13. Di dalam pengajaran Tuhan kami merasakan bahwa keberanian mengakui dosa-dosa yang menjadi sisi gelap kami dan mengalahkan harga diri kami ternyata dibayar tunai oleh Tuhan. Kami merasakan kelapangan pensucian yang luar biasa. Ibarat ruang gelap di dalam relung hati yang menjadi terang, ibarat batu besar yang terangkat dari badan, pengakuan dosa itu membawa pencerahan spiritual yang luar biasa.

14. Dan Ruhul Kudus mengajarkan kepada kami untuk bersumpah kepada Tuhan di hadapan kitab suci untuk berhenti dari dosa yang kami lakukan dan tak menyentuh dosa apapun lagi, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan terpaksa. Itulah perangkat prosesi pengakuan dosa sebagaimana yang diajarkannya kepada kami.

15. Ruhul Kudus mengajarkan, sumpah adalah bahasa akhirat. Sumpah adalah tekad tertinggi yang dinyatakan kepada Tuhan yang melibatkan dunia dan akhirat. Sebagaimana uang menjadi alat transaksi di dunia, sumpah menjadi alat transaksi di akhirat. Sumpah yang baik mengikatkan pelakunya dengan para malaikat, sementara sumpah yang buruk dan sumpah yang dikhianati mengikatkan pelakunya dengan iblis.

16. Dengan sumpah tak menyentuh dosa, Ruhul Kudus mengajarkan kepada kami untuk bersungguh-sungguh menempuh pensucian kami. Itupun adalah sarana bagi para malaikat untuk semakin menyatu dan berkata-kata melalui nurani kami. Tanpa sumpah, tanpa kesediaan menempuh resiko, tak ada pensucian yang dapat mencapai kesucian hakiki sebagaimana yang diinginkan Tuhan.

17. Di dalam penjagaan kesucian, malaikat berkata-kata di dalam peristiwa derita dan keburukan yang kami alami. Malaikat juga menyampaikan pesan melalui peristiwa-peristiwa yang menghampiri kami. Di dalam pesannya, malaikat membisikkan dosa-

dosa yang harus kami hindari agar diri kami tak terjerumus pada keburukan yang lebih besar. Itulah penjagaan malaikat di dalam kehidupan kami sehari-hari.

18. Apakah kami mendengarkan suara malaikat yang menyampaikan pesan melalui nurani ataukah lebih memilih untuk memperturutkan hawa nafsu dan ego kami, semua kembali kepada diri kami. Itulah ujian Tuhan yang akan terus kami (dan kita)
hadapi sampai akhir hayat nanti.

19. Selain pengakuan dosa di majelis dan sumpah untuk tak menyentuh dosa, prosesi pertaubatan sebagaimana yang diajarkan Ruhul Kudus adalah pensucian api. Inilah syariat di Surga yang juga merupakan penggenapan nubuah Tuhan di dalam Kitab Suci-Nya.

20. Ada orang yang hanya disucikan dengan api bagian ubun-ubun di kepalanya. Bagi yang telah diperkenankan Tuhan, pensucian api itu meliputi seluruh tubuh. Itulah proses pensucian yang berat bagi siapapun yang menjalaninya. Tapi itulah syariat Surga yang sedang dinyatakan Tuhan dan itulah prosesi pengembalian iblis di dalam tubuh kembali ke habitatnya. Api kembali ke api, itulah salah satu makna pensucian api.

21. Pensucian api bukanlah sebuah atraksi atau permainan. Tak ada pertunjukan kesaktian karena api itu tetap panas. Tak ada penyiksaan dan penistaan karena semua itu adalah pensucian. Setiap orang dapat berhenti kapan pun jika tak sanggup melaluinya. Dan telah terbukti tak ada satupun diantara Kami, baik laki-laki, perempuan, anak muda, maupun orang tua, yang celaka ketika melaluinya. Inilah upacara suci, konfrontasi dengan bayangan ketakutan besar di dalam diri yang sedang diajarkan Tuhan.

22. Prosesi pensucian api mengajarkan hikmah kepada kami untuk menghadapi ketakutan-ketakutan terbesar kami. Kami sangat khawatirkan api akan menyakiti dan merusak diri kami. Ketika kami menyelesaikan pensucian api dengan selamat, kami sadar bahwa sebagian besar ketakutan dan kekhawatiran terbesar kami hanya berada di dalam pikiran kami. Dan kami pun sadar, kondisi semacam itu sesungguhnya banyak terjadi di dalam hidup kami.

23. Prosesi pensucian api mengajarkan kami untuk berani menghadapi masalah dan kenyataan sehari-hari. Bayangan kekhawatiran dan ketakutan tak boleh menguasai diri kami dan membuat kami lari dari masalah nyata yang harus kami hadapi. Kami telah belajar bahwa berani menghadapi masalah adalah satu-satunya cara paling sehat bagi perkembangan spiritual kami. Sebab, sebagian besar bayangan kekhawatiran dan ketakutan itu hanya ada di dalam pikiran kami.

24. Pada awalnya kami mengira bahwa pengakuan dosa itu cukup sekali saja kami lalui. Tetapi ternyata Ruhul Kudus berkali-kali menggelar majelis pengakuan dosa yang harus kami jalani. Menjalani pengakuan dosa yang kedua tentu saja berbeda dengan pengakuan dosa yang pertama, dan ternyata pengakuan dosa itu tak lebih ringan karena dosa memang selalu menjadi beban bagi jiwa kami.

25. Pengakuan dosa pertama adalah sebuah lompatan besar dalam kehidupan spiritual kami. Selain mengangkat beban kegelapan dari dasar hati, prosesi itu telah memangkas banyak dosa besar yang pernah kami lakukan. Tapi sejak pengakuan dosa yang pertama itu kami sadar bahwa kami tak cukup baik di hadapan Tuhan. Ternyata diri ini tak mampu memenuhi sumpah kami untuk tak menyentuh dosa dengan sempurna. Masih ada dosa-dosa lama yang telah kami akui dan tekadkan untuk berhenti yang terulang kembali walaupun intensitasnya jauh lebih rendah dari sebelumnya.

26. Mengakui dosa yang sebelumnya telah diakui dan ternyata berulang lagi adalah sebuah beban yang sangat berat dan memalukan. Ruhul Kudus mengajarkan dan kami belajar bahwa pengakuan dosa itu tak memalukan, tetapi sesungguhnya dosalah yang mempermalukan diri kami. Pengakuan dosa yang berulang itu memaksa kami waspada untuk menjaga diri dari dosa sehingga dosa itu tak mempermalukan kami di majelis pengakuan dosa yang selanjutnya.

27. Ketika Majelis Pertaubatan itu digelar untuk kesekian kalinya, kami semakin sadar bahwa tak ada jalan lain bagi kami selain memperkuat tekad untuk memotong dosa-dosa kami. Setelah dapat meninggalkan dosa-dosa yang nyata, prosesi pertaubatan
yang berulang itu juga membuat kami belajar untuk meningkatkan kualitas pengakuan dosa kami.

28. Semakin lama kami semakin belajar mengakui dosa-dosa yang lebih tipis, dosa samar, dosa-dosa pikiran, dosa-dosa lintasan hati yang belum terlahir menjadi perbuatan. Semua itu sesuai dengan pengajaran Ruhul Kudus yang menginginkan agar hati kami benar, pikiran kami benar, demikian pula sikap dan perbuatan kami

No comments:

Post a Comment